Jumat, 02 Desember 2011
PENDIDIKAN KITA HARUS DIRUBAH
Reformasi Pendidikan
Akibatnya, lulusan lembaga pendidikan tersebut kalah bersaing merebut kesempatan kerja, lalu menjadi pengangguran terdidik. Secara bercanda mereka dijuluki ”glanter” (gelandangan terdidik).
Juga banyak lulusan lembaga pendidikan bahkan lulusan perguruan tinggi yang bekerja tidak pada tempatnya atau pada tempat yang layak. Banyak kasus kita temukan lulusan perguruan tinggi yang bekerja sebagai tukang ojek atau sopir angkot, penjual sayur, buruh kasar dan berbagai jenis pekerjaan lainnya.
Fenomena bursa kerja di Jepang misalnya, juga bisa dijadikan salah satu bukti sederhana. Setiap tahun Jepang butuh sekitar 30.000 tenaga kerja. Mereka didatangkan dari berbagai negara di Asia seperti China, Filipina, Korea, termasuk Indonesia.
Dari peluang kerja di atas hanya 0,5 persen saja yang berasal dari Indonesia. Kuota terbanyak, sekitar 80 persen berasal dari China, lalu menyusul Filipina. Kesempatan kerja terbanyak diperoleh oleh China, alasannya etos kerja dan sikap mental bangsa China jauh lebih baik. Etos kerja dan disiplin tersebut bisa dibentuk melalui pendidikan berkarakter.
Imbalan yang diperoleh dengan bekerja di Jepang cukup menarik. Untuk lulusan SLTA dan lolos seleksi, mereka bisa memperoleh penghasilan 10 kali lipat dibandingkan penghasilan di dalam negeri untuk pekerjaan yang sama. Tentu saja pekerjaan ini jauh lebih nyaman dibandingkan bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Kebijakan Menteri Pendidikan RI Muhammad Nuh mencanangkan Pendidikan Berkarakter sebagai program nasional saat peringatan Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei lalu sungguh sangat tepat.
Pendidikan berkarakter adalah pola pendidikan yang tidak hanya mengajarkan aspek kognitif (hafalan), tetapi juga mengajarkan aspek afektif (perubahan sikap dan tingkah laku) peserta didik. Contohnya, murid tidak hanya diajarkan menghafalkan Rukun Islam, tetapi juga dibimbing memahami Rukun Islam dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan pengalaman, syarat mutlat yang harus dimiliki sekolah berkarakter adalah guru-guru yang juga berkarakter, disiplin, cerdas dan berakhlak mulia. Bisa diakatakan mustahil guru bisa mengajarkan akhlat mulia kepada anak didiknya jika guru sendiri tidak berakhlak mulia. Juga tidak mungkin guru mendidik muridnya untuk taat shalat lima waktu jika guru tdak shalat.
Syarat selanjutnya adalah melaksanakan sistem full day school atau boarding school. Pada full day school adalah siswa belajar dari pagi sampai sore. Pagi hari mereka belajar sesuai standar kurikulum nasional, sore hari mereka belajar tambahan seperti materi agama, akhlak, disiplin dan sebagainya. Sistem boarding school lebih intensif lagi, siswa menginap di asrama, pendidikan formal maupun informal bisa dilakukan selama 24 jam.
Sesuai program nasional, metode pendidikan berkarakter akan diterapkan secara bertahap di semua daerah di Banten. Keterlibatan guru, murid dan orangtua murid, serta dukungan pemda setempat sangat menentukan keberhasilan program ini. Insya Allah program ini akan membawa perubahan dan kebaikan bagi generasi kita di masa mendatang. Mari kita bangun masa depan bangsa ini melalui pendidikan berkarakter mulai dari sekarang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar