Rabu, 07 April 2010

Peran Kehidupan


PERAN-PERAN KEHIDUPAN
Kadang-kadang kita sering melupakan atau tidak pernah terfikirkan bahwa untuk menuju hari esok yang lebih baik kita perlu meningkatkan kualitas hidup kita, baik itu duniawi ataupun surgawi, tapi yang terjadi kita sering terjebak mengalami kebingungan dan kalimat yang tak sempat terucapkan bisa saja muncul “saya sebenarnya mau ‘ngapain”.
Barangkali “sharing” postingan tulisan saya yang ini, ada manfaatnya kalau kita mau menyadari peran-peran kita dalam kehidupan.
Ketika saya menulis ini, tanpa saya sadari ternyata saya sudah berperan sebagai seorang penulis. Nah didalam kesehari-harian dari bangun pagi sampai tidur lagi, ternyata saya juga sebenarnya memiliki peran-peran yang sedemikian banyaknya, sebanyak apa yang menjadi aktivitas saya dalam menjalani kehidupan itu sendiri.
Sebagai contoh suatu ketika saya sedang online, kakak saya datang bertamu, bersamaan itu istri saya berteriak minta tolong untuk ikut menasehati yang baru nangis. Dan tidak lama kemudian juga handphone berdering dari salah satu kawan saya anggap saja si A bertanya tentang mesin mobilnya yang mogok.
Dalam sesaat ternyata saya telah memerankan 4(empat) peran sekaligus, sebagai blogger, seorang kakak, orang tua, juga sebagai teman sekaligus sebagai orang yang berpengetahuan montir mobil. Itu belum lagi peran-peran yang lain yang tidak bisa dituliskan ’saking’ banyaknya bahkan mungkin ratusan atau ribuan. Barangkali, masih ada yang ingat tentang peran-peran kehidupan dari sebuah lagu tempo dulu yang diciptakan oleh Godbless ”Dunia ini panggung Sandiwara” yang dinyanyikan oleh Ahmad Albar.
Kemudian saya mencoba menguji dari sekian banyak peran yang paling dominan dalam kehidupan saya dan yang menurut saya, sangat saya kuasai dan professional. Dan saya telah mencoba untuk merenunginya dengan jujur. Sudahkan itu merupakan satu bagian peran saya yang paling sempurna ?
Ternyata sama sekali tidak!. Dan tidak ada satu peranpun yang sudah kita anggap paling baik itu adalah hal paling sempurna. Betapa sebenarnya kita sebagai umat manusia punya banyak sekali kelemahan dan kekurangan yang harus disadari yang kemudian diperbaiki. Dengan menyadari kekurangan dari diri kita, sebenarnya kita sudah memiliki modal yang dapat dipakai untuk menentukan arah kebingungan kita, sehingga kita memiliki tujuan yang jelas didalam meningkatkan kualitas hidup yaitu dengan intropeksi diri, serta ada usaha untuk memperbaikinya.
Adalah suatu yang sangat tidak mungkin, bahwa semua peran itu dapat kita perbaiki. Kita harus memiliki prioritas yang sesuai dengan lingkungan kehidupan kita. Teori menentukan prioritas sudah dibahas dengan bagus sekali di buku 7 (seven) Habit nya Steven Covey (sekarang sudah jadi 8 Habits), yang tentu saja teori ini tidak akan saya bahas disini.
Saya hanya menekankan berdasarkan pengalaman; bagaimanapun kebiasaan intropeksi diri itu dapat membuahkan proses pembelajaran yang banyak sekali dan dapat menentukan arah ”saya mau kemana”.
Sebagai contoh dari ketika saya berperan sebagai bagian dari sebuah komunitas blogger. Ternyata saya banyak sekali dapat ilmu, setidak-tidaknya saya sudah belajar dan menjadi mengerti tata cara komunikasi dengan orang yang sama sekali tidak saya kenal hanya dari kalimat2 yang terbaca, bagaimana saya harus juga berkomunikasi dengan hanya menuliskan apa-apa yang ada dibenak agar dimengerti tanpa menyinggung pembacanya malah kalau perlu kita dapat mengambil segi positip untuk peningkat kualitas diri.
Umpanyanya lagi, saya sedang menyapa rekan2 blogger yang saya kenal didunia maya, membaca tulisannya, memberi komentar, merespon komentar dlsb disana banyak pelajaran pengetahuan berharga yang dapat memicu kelemahan2 kita untuk menjadi lebih baik lagi. Atau boleh dikatakan dengan kemauan memahami kelemahan-kelemahan yang kita miliki, akan menjadikan kita murid yang baik.
Belum lagi contoh dari peran-peran yang lain. Jadi banyak sekali dari setiap jengkal langkah kita yang membuat kita jadi belajar untuk meningkatkan kualitas diri, asal ada kemauan untuk memperbaiki setiap kelemahan kita. Dan tidak ada lagi istilah kebingungan dan melamun tanpa perbaikan kualitas hidup.
Saya kutip kalimat ‘quote’ (tanpa nama):
“However many holy words you read, however many you speak, what good will they do you if you do not act on upon them?”
Dan kemudian seperti disingkat oleh kalimatnya Gus Dur:
“Memang mudah mengatakan dengan kata-kata tapi sulit dilaksanakan bukan?”
Mungkin kalimat tersebut menjadi sangat mudah kalau kita harus memulainya dari diri kita sendiri. (begitu kata Aa Gym)
Dan, dari kesimpulan tulisan saya diatas:
”Sesungguhnya setiap orang sudah melakukan intropeksi diri pada salah satu peran kehidupannya, hanya tinggal menambah jumlahnya”
Semoga ada manfaatnya. (Pasya, 8 April 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

W A K TU D U N I A